Beranjak Dewasa": Refleksi Perjalanan Hidup yang Terburu dalam Karya Nadin Amizah
Lagu "Beranjak Dewasa" karya Nadin Amizah adalah sebuah refleksi mendalam tentang proses tumbuh dewasa yang sering kali terasa terlalu cepat, terburu oleh waktu, dan penuh dengan kesadaran akan kebodohan hidup
Lagu "Beranjak Dewasa" karya Nadin Amizah adalah sebuah refleksi mendalam tentang proses tumbuh dewasa yang sering kali terasa terlalu cepat, terburu oleh waktu, dan penuh dengan kesadaran akan kebodohan hidup. Dalam balutan melodi yang lembut dan lirik yang puitis, Nadin mengajak pendengarnya untuk merenungkan perjalanan menuju kedewasaan, yang sering kali dipenuhi dengan tawa, air mata, dan pergulatan antara harapan dan kenyataan.
Lirik lagu:
Pada akhirnya ini semua
Hanyalah permulaan
Pada akhirnya kami semua
Berkawan dengan sebentar
Berbaring tersentak tertawa
Tertawa dengan air mata
Mengingat bodohnya dunia
Dan kita yang masih saja
Berusaha
Kita beranjak dewasa
Jauh terburu seharusnya
Bagai bintang yang jatuh
Jauh terburu waktu
Mati lebih cepat
Mati lebih cepat
Kita beranjak dewasa
Jauh terburu seharusnya
Bagai bintang yang jatuh
Jauh terburu waktu
Mati lebih cepat
Mati lebih cepat
Pada akhirnya
Tirai tertutup
Pemeran harus menunduk
Pada akhirnya
Aku berdoa
Namaku akan kau bawa
Berbaring tersentak tertawa
Tertawa dengan air mata
Mengingat bodohnya dunia
Dan kita yang masih saja
Berusaha
Kita beranjak dewasa
Jauh terburu seharusnya
Bagai bintang yang jatuh
Jauh terburu waktu
Mati lebih cepat
Mati lebih cepat
Kita beranjak dewasa
Jauh terburu seharusnya
Bagai bintang yang jatuh
Jauh terburu waktu
Mati lebih cepat
Mati lebih cepat
Kita beranjak dewasa
Jauh terburu seharusnya
Oh, oh-oh-oh-oh, oh
Oh, oh
Oh, oh
Pada akhirnya ini semua
Hanyalah permulaan
Lirik yang Penuh Renungan Tentang Kedewasaan
Dari awal lagu, Nadin mengungkapkan bahwa perjalanan hidup dan kedewasaan hanyalah sebuah permulaan: “Pada akhirnya ini semua hanyalah permulaan.”
Ini memberi kesan bahwa meskipun kita mungkin merasa telah mencapai sesuatu, kenyataannya hidup selalu mengarah pada tantangan dan babak baru yang belum sepenuhnya kita pahami.
Lagu ini kemudian menggambarkan momen-momen singkat dalam hidup yang penuh dengan tawa dan air mata, yang pada akhirnya menjadi kenangan yang mengisi perjalanan menuju dewasa: “Berbaring tersentak tertawa, tertawa dengan air mata, mengingat bodohnya dunia, dan kita yang masih saja berusaha.”
Kita diingatkan bahwa sering kali kita berusaha menghadapi dunia yang kacau, penuh dengan kebodohan, namun di tengah semua itu, kita masih tertawa, menangis, dan terus mencoba bertahan. Lirik ini seolah menjadi pengingat bahwa kedewasaan adalah perjalanan yang rumit, di mana setiap orang terus belajar dan berusaha, meski terkadang merasa tidak siap.
Perasaan Terburu-Buru dalam Kehidupan
Salah satu tema utama dalam lagu ini adalah perasaan bahwa hidup berjalan terlalu cepat, dan kedewasaan tiba jauh sebelum kita siap. Dalam bait: “Kita beranjak dewasa, jauh terburu seharusnya, bagai bintang yang jatuh, jauh terburu waktu, mati lebih cepat”,
Nadin menggambarkan bagaimana manusia sering merasa seperti bintang yang jatuh, terlalu cepat mencapai titik akhirnya, dan waktu yang begitu cepat berlalu membuat kita merasa "mati lebih cepat".
Perasaan bahwa hidup terlalu cepat mengalir adalah pengalaman universal. Kita semua pernah merasakan bahwa kedewasaan datang lebih cepat dari yang diharapkan, di mana tanggung jawab, keputusan besar, dan harapan masa depan tiba sebelum kita benar-benar siap. Lagu ini mengajak kita merenungkan perasaan itu—bahwa mungkin kita sedang berlari mengejar sesuatu yang lebih cepat dari kemampuan kita sendiri untuk menyadarinya.
Simbolisme Bintang yang Jatuh
Simbol "bintang yang jatuh" dalam lirik lagu ini memiliki makna yang kuat. Bintang yang biasanya dilihat sebagai simbol keabadian dan cahaya, dalam konteks ini jatuh terlalu cepat, kehilangan cahayanya. Ini menggambarkan perasaan kehilangan atau kekhawatiran bahwa kita mungkin "jatuh" sebelum mencapai potensi penuh kita. Bintang jatuh juga sering dianggap sebagai simbol keinginan yang belum terpenuhi, mencerminkan bagaimana banyak dari kita mungkin merasa belum siap menghadapi apa yang datang saat kita tumbuh dewasa.
Panggung Kehidupan yang Berakhir
Di bagian akhir lagu, Nadin menggunakan metafora panggung yang menggambarkan bahwa pada akhirnya, setiap perjalanan hidup harus berakhir: “Pada akhirnya, tirai tertutup, pemeran harus menunduk.”
Ini menggambarkan bahwa hidup, seperti pertunjukan, akan mencapai akhirnya, dan para pemerannya—dalam hal ini kita semua—harus menunduk sebagai bentuk penghormatan atas peran yang telah dimainkan.
Namun, dalam penutupan lagu, ada juga doa dan harapan bahwa meskipun hidup ini singkat dan penuh ketidakpastian, nama dan kenangan seseorang akan tetap dibawa: “Pada akhirnya, aku berdoa, namaku akan kau bawa.”
Ini menekankan keinginan untuk tetap diingat, untuk meninggalkan jejak dalam kehidupan orang lain, bahkan setelah "tirai" kehidupan telah tertutup.
Kesimpulan
"Beranjak Dewasa" adalah lagu yang kaya akan makna dan renungan tentang kehidupan. Nadin Amizah dengan sangat puitis menggambarkan betapa cepatnya waktu berlalu dan bagaimana kita semua pada akhirnya harus menerima proses kedewasaan, meskipun sering kali terasa terlalu cepat dan penuh dengan tantangan.
Lagu ini mengingatkan kita bahwa kedewasaan bukanlah sebuah akhir, melainkan permulaan dari berbagai fase kehidupan yang baru. Dengan segala tawa, air mata, dan perjuangan yang mewarnai perjalanan ini, "Beranjak Dewasa" menjadi sebuah himne tentang hidup yang terus bergerak maju, tentang penerimaan akan ketidakpastian, dan tentang keinginan untuk tetap diingat dalam perjalanan singkat ini.
Dalam setiap baitnya, Nadin menyuguhkan kenyataan bahwa meskipun hidup terburu-buru dan sering kali terasa seperti perlombaan melawan waktu, kita tetap memiliki kekuatan untuk tertawa, menangis, dan melanjutkan perjalanan, bahkan ketika kedewasaan tiba sebelum kita merasa siap.
What's Your Reaction?