Terbit: Sebuah Lagu tentang Harapan dan Panggilan untuk Cahaya
Lagu “Terbit” mengalir sebagai sebuah seruan penuh harapan di tengah gelapnya dunia
Lagu “Terbit” mengalir sebagai sebuah seruan penuh harapan di tengah gelapnya dunia. Dengan lirik yang menggambarkan permohonan akan terang, lagu ini menyampaikan keinginan untuk menemukan kembali cahaya di saat-saat tergelap. Melalui kombinasi metafora alam dan suasana emosi yang mendalam, “Terbit” menjadi lagu yang sarat makna, mengajak pendengar untuk merenungkan perjuangan hidup dan pentingnya harapan.
Lirik lagu:
Lilin kecil meremang sekejap padam
Dunia menggigil dingin awan pekat
Harapan tertumpu tangan yang berserah
Dengan sungkan meminta secercah terang
Secercah terang
Terang
Sudikah kau bersinar matahariku
Meski tua lelah sengatmu hapus jelaga
Tetaplah kau berpijar matahariku
Belai lembut langit biru, ku mengasihimu
Ku mengasihimu
Mulut terkatup sayup gumam melantun
Senandung kidung bagi langit biru
Teriring harap
Mata pejam tengadah
Jelang pagi yang cerah
Meminta secercah
Oh akankah datang
Cerah yang kudamba
Seraya bersorak
Usir gelisah
Oh datanglah datang
Cerah yang kudamba
Seraya bersorak
Harap secercah terang
Oh akankah datang
Cerah yang kudamba
Seraya bersorak
Usir gelisah
Oh datanglah datang
Cerah yang kudamba
Seraya bersorak
Harap secercah terang
Terang (terang)
Sudikah kau bersinar matahariku
Meski tua lelah sengatmu hapus jelaga
Tetaplah kau berpijar matahariku
Belai lembut langit biru, ku mengasihimu
Sudikah kau bersinar matahariku
Meski tua lelah sengatmu hapus jelaga
Tetaplah kau berpijar matahariku
Belai lembut langit biru, ku mengasihimu (ku mengasihimu)
Ku mengasihimu
....
Menghadapi Kegelapan dengan Harapan
Lirik pembuka “Lilin kecil meremang sekejap padam, Dunia menggigil dingin awan pekat” secara langsung menciptakan suasana yang suram dan penuh ketidakpastian. Lilin yang padam menjadi simbol hilangnya cahaya dan arah, sementara dunia yang digambarkan menggigil memberikan kesan ketakutan dan ketidaknyamanan. Kegelapan yang pekat di sini seolah melambangkan tantangan besar yang dihadapi seseorang, membuat harapan terasa semakin jauh.
Namun, dalam kegelapan ini, muncul harapan yang perlahan terbangun, seperti yang dinyatakan dalam lirik “Harapan tertumpu tangan yang berserah, Dengan sungkan meminta secercah terang.” Ini menunjukkan bahwa meskipun keadaan mungkin tampak suram, masih ada secercah keyakinan bahwa cahaya akan datang jika seseorang cukup sabar untuk menunggu.
Panggilan kepada Sang Matahari
Salah satu bagian paling kuat dalam lagu ini adalah seruan kepada matahari, yang menjadi simbol cahaya dan kekuatan. “Sudikah kau bersinar matahariku” adalah ungkapan harapan yang penuh kerinduan. Matahari dalam lagu ini bukan hanya sekadar benda langit, melainkan lambang kekuatan yang bisa menghapus kegelapan dan membawa kehidupan kembali.
Lirik “Meski tua lelah sengatmu hapus jelaga, Tetaplah kau berpijar matahariku” memberi kesan bahwa meskipun matahari mungkin lelah setelah bertahun-tahun bersinar, cahaya yang dipancarkannya masih diharapkan. Ini bisa diartikan sebagai refleksi kehidupan manusia yang, meski lelah menghadapi berbagai rintangan, tetap diharapkan untuk terus memberikan kebaikan dan kehangatan bagi orang-orang di sekitarnya.
Menyambut Cahaya Baru
Setelah menggambarkan kegelapan dan harapan yang tertuju pada matahari, lirik bergerak ke arah harapan yang lebih konkret, yaitu kehadiran pagi yang cerah. “Teriring harap, Mata pejam tengadah, Jelang pagi yang cerah” mencerminkan keinginan untuk menyambut hari baru yang lebih terang, yang membawa kelegaan setelah malam panjang yang penuh ketidakpastian.
Bagian ini mengandung pesan optimisme, bahwa meskipun kegelapan mungkin mendominasi saat ini, pagi yang cerah dan harapan akan selalu datang bagi mereka yang terus berpegang pada keyakinan. Lagu ini memberi penekanan pada pentingnya terus berharap, karena seperti fajar yang selalu terbit, cahaya akan kembali untuk mengusir kegelapan.
Cerah yang Didamba
Repetisi pada lirik “Oh akankah datang, Cerah yang kudamba, Seraya bersorak, Usir gelisah” menekankan kerinduan yang mendalam akan terang dan kedamaian. Pendengar diajak untuk merasakan intensitas harapan dan kegelisahan yang semakin memuncak, namun diimbangi oleh keyakinan bahwa cahaya pada akhirnya akan datang.
Sorak sorai yang menyertai kehadiran cahaya ini menggambarkan betapa pentingnya terang dalam kehidupan. Terang bukan hanya simbol fisik, tetapi juga perasaan kedamaian, kebahagiaan, dan kelegaan yang dirindukan setiap jiwa yang tengah berjuang dalam kegelapan.
Kasih kepada Sang Matahari
Di bagian penutup, lirik “Ku mengasihimu” yang diulang secara berulang menggarisbawahi hubungan emosional dengan matahari, simbol utama cahaya dan kehidupan dalam lagu ini. Ini menunjukkan bahwa terang, baik dalam bentuk fisik maupun metaforis, adalah sesuatu yang sangat dihargai, disayangi, dan dicari oleh setiap orang. Matahari di sini juga bisa diartikan sebagai seseorang atau sesuatu yang membawa cahaya dalam kehidupan kita, yang selalu kita nantikan dan hargai kehadirannya.
Kesimpulan
Lagu “Terbit” bukan sekadar tentang pagi yang akan datang, melainkan tentang perjuangan manusia untuk menemukan cahaya di tengah kegelapan, baik itu dalam bentuk harapan, kasih, atau kelegaan dari beban hidup. Melalui simbolisme matahari, lilin, dan cahaya, lagu ini mengingatkan pendengar bahwa meskipun kegelapan mungkin tampak tak berujung, selalu ada secercah terang yang dapat ditemukan. Harapan, keyakinan, dan cinta menjadi tema utama yang disampaikan dengan indah melalui lirik yang puitis dan musik yang lembut. “Terbit” adalah pengingat bahwa tidak peduli seberapa panjang malam, fajar akan selalu datang.
What's Your Reaction?