"Jangan Ditelan": Refleksi Diri dan Kekecewaan dalam Lagu Nadin Amizah

Lagu "Jangan Ditelan" oleh Nadin Amizah adalah sebuah karya yang sarat dengan nuansa emosional dan penuh dengan pesan reflektif

"Jangan Ditelan": Refleksi Diri dan Kekecewaan dalam Lagu Nadin Amizah

Lagu "Jangan Ditelan" oleh Nadin Amizah adalah sebuah karya yang sarat dengan nuansa emosional dan penuh dengan pesan reflektif. Melalui lirik-lirik yang mendalam dan sedikit menyentil, Nadin menyampaikan perasaan kecewa, penolakan, dan ketidakpuasan terhadap dunia yang mencoba mengatur siapa dirinya seharusnya. Lagu ini mengajak pendengar untuk berpikir lebih jauh tentang bagaimana kita sering terjebak dalam harapan dan ekspektasi yang justru membuat diri kita terkekang.

Lirik lagu 

Untuk dilihat

Bukan untuk dimakan

Bukan untuk disayang

Bukan untuk dicinta

Bukan untuk masa depan

Ditinggal di masa lalu

Kaki tangan terbelenggu

Hanya pandai menjengkelkan

Jangan ditelan banyak-banyak

Jangan ditelan banyak-banyak

Aku dan pahitku dan kotorku

Persetan siapa aku

Jangan ditelan banyak-banyak

Jangan ditelan banyak-banyak

Aku dan pahitku dan kotorku

Persetan siapa aku

Lirik yang Menggambarkan Ketegangan Diri

Lirik lagu ini secara eksplisit menyatakan perasaan bahwa seseorang tidak ingin dimakan, disayang, atau dicinta hanya karena sebuah ekspektasi yang ditetapkan oleh orang lain. Dalam bait: “Untuk dilihat, bukan untuk dimakan, bukan untuk disayang, bukan untuk dicinta, bukan untuk masa depan”

kita bisa merasakan adanya keinginan untuk menolak keterikatan yang muncul dari harapan orang lain. Sang tokoh dalam lagu merasa dirinya dilihat hanya sebagai sesuatu yang "ada", tanpa dihargai untuk siapa dirinya sebenarnya. Dia menolak untuk menjadi bagian dari masa depan atau cinta yang semu.

Lirik ini juga mengingatkan kita bahwa ada sisi-sisi manusia yang tidak selalu indah atau menyenangkan, dan terkadang sisi tersebut tidak perlu diterima atau ditelan begitu saja. Pesan ini menjadi semakin jelas dalam pengulangan frasa:

“Jangan ditelan banyak-banyak”,

yang bisa diartikan sebagai penolakan terhadap penerimaan tanpa syarat atas segala sesuatu, termasuk diri seseorang dengan segala kekurangannya.

Perlawanan Terhadap Ekspektasi

Sikap perlawanan terhadap ekspektasi sosial terasa semakin kuat ketika Nadin menyanyikan:

“Aku dan pahitku dan kotorku, persetan siapa aku”.

Ini menggambarkan sosok yang tidak ingin dihakimi atau diterima secara mentah-mentah oleh orang lain hanya karena mereka merasa berhak menilai. Ada unsur perlawanan yang tersirat terhadap norma dan standar yang sering kali diterapkan oleh masyarakat terhadap individu.

Dengan pernyataan "Persetan siapa aku", Nadin seolah ingin melepaskan dirinya dari semua tekanan sosial dan identitas yang dipaksakan, mempertegas bahwa setiap individu memiliki hak untuk menunjukkan siapa diri mereka sebenarnya—pahit, kotor, atau apapun itu—tanpa perlu dibatasi atau dipaksa menjadi sesuatu yang bukan diri mereka.

Penolakan dan Refleksi Diri

Lagu ini bisa diinterpretasikan sebagai sebuah pesan tentang penolakan untuk tunduk pada harapan atau gambaran sempurna yang sering kali diciptakan oleh orang-orang di sekitar kita. "Jangan Ditelan" adalah sebuah ajakan untuk menerima kenyataan bahwa hidup tidak selalu manis, dan tidak setiap bagian dari diri seseorang harus diterima atau ditelan dengan mudah.

Dalam lirik: “Ditinggal di masa lalu, kaki tangan terbelenggu, hanya pandai menjengkelkan”,

terdapat rasa kekecewaan yang mendalam terhadap keadaan atau mungkin terhadap pengalaman-pengalaman yang pernah terjadi di masa lalu. Sang tokoh dalam lagu merasa terperangkap dalam belenggu yang membatasi kebebasannya, mungkin karena trauma, ekspektasi yang berlebihan, atau hubungan yang mengecewakan.

Kesimpulan

"Jangan Ditelan" adalah sebuah refleksi diri yang mendalam tentang perjuangan seseorang untuk menemukan jati diri di tengah segala harapan dan penilaian dari luar. Lagu ini memperlihatkan bagaimana seseorang bisa merasa terkekang dan tertekan oleh standar dan ekspektasi yang diciptakan oleh orang lain, dan bagaimana hal itu dapat membuat seseorang merasa pahit dan jenuh terhadap hidup.

Melalui karya ini, Nadin Amizah mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam menilai diri sendiri maupun orang lain. Tidak semua hal perlu diterima begitu saja; ada bagian dari hidup dan diri kita yang lebih baik dibiarkan apa adanya, tanpa perlu disempurnakan atau dipaksakan untuk menjadi sesuatu yang ideal di mata orang lain. Lagu ini memberi ruang untuk jujur pada diri sendiri dan menerima sisi-sisi gelap yang mungkin selama ini berusaha kita sembunyikan.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow